PERCOBAAN
II
GERAK LURUS BERATURAN
A.
PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
1. Tujuan percobaan : -
Mahasiswa dapat
menentukan kecepatan kereta dinamika pada gerak lurus beraturan.
- Mahasiswa dapat
menjelaskan karakteristik gerak lurus berdasarkan besaran-besaran kinematisnya.
2. Hari,
tanggal :
3. Tempat : Laboratorium Fisika FKIP,
Universitas Mataram
B.
LANDASAN
TEORI
Menurut bentuk lintasannya, gerak dibagi
menjadi beberapa jenis penting, seperti gerak melingkar, gerak parabola, dan
gerak lurus. Secara umum, gerak lurus dibagi dalam dua kategori, yaitu gerak
lurus beraruran dan gerak lurus berubah beraturan. Gerak lurus beraturan
artinya gerak benda yang lintasannya lurus dan kecepatannya tetap sehingga
nilai percepatannya nol (Ishaq, 2007:24-25).
Hukum Newton I, jika tidak
ada gaya eksternal, saat dilihat dari kerangka acuan inersia, maka sebuah benda
yang berada dalam keadaan diam akan tetap diam dan benda yang bergerak akan
terus bergerak dengan kecepatan tetap (yaitu dengan kelajuan tetap sepanjang
suatu garis lurus). Dalam istilah yang lebih sederhana, kita dapat mengatakan
bahwa saat tidak ada gaya yang bekerja terhadap suatu benda, percepatan benda
tersebut adalah nol. Jika tidak ada gaya apapun yang beraksi untuk mengubah
gerak benda, maka kecepatannya tidak berubah. Dari hukum I, kita menyimpulkan
bahwa setiap benda yang terisolasi (yang tidak berinteraksi dengan
lingkungannya) akan berada dalam kondisi diam atau bergerak dengan kecepatan
tetap (Serway dan Jeweet, 2009: 173).
Gerak lurus beraturan adalah gerak benda titik
yang membuat lintasan berbentuk garis lurus dengan sifat bahwa jarak yang
ditempuh tiap satu satuan waktu tetap baik besar maupun arah. Pada gerak lurus
beraturan, rata-rata sama dengan sesaat yang tetap baik besar maupun arah. Dengan
perkataan lain: Kecepatan rata0rata pada gerak lurus beraturan tak tergantung
ada interval (jangka) waktu yang dipilih. Percepatan pada gerak lurus beraturan
adalah , sebab tetap, berarti pada gerak lurus berarturan tidak ada
percepatan (Sarojo, 2002 : 37-39).
C.
ALAT DAN
BAHAN
1. Alat
a. Mistar 1
buah
b. Rel
presisi 2
buah
c. Penyambung
rel 1
buah
d. Kaki
rel 1
buah
e. Tumpakan
berpenjepit 1
buah
f. Balok
bertingkat 1
buah
g. Kereta
dinamika 1
buah
h. Pewaktu
ketik 1
buah
i.
Catu daya 1
buah
j.
Jarum pentul 1
buah
k. Gunting 1
buah
l.
Kabel penghubung 25 cm hitam 1 buah
m. Kabel
penghubung 25 cm merah 1
buah
2. Bahan
a. Pita
ketik secukupnya
b. Kertas
manila 1
lembar
c. Lem
kertas secukupnya
d. Kertas
grafik (mm) secukupnya
e. Kertas
karbon secukupnya
D.
CARA
KERJA
Sebelum melakukan praktikum kami
mempersiapkan alat dan bahan, dengan langkah percobaan sebagai berikut:
1.
merangkai alat
seperti pada gambar;
Gambar 2.1 Rangkaian alat praktikum GLB
2.
mengimbangi
gesekan yang terjadi antara kereta dinamika dan permukaan rel presisi dengan
memasang salah satu ujung rel pada tingkat pertama balok bertingkat;
3.
menahan
kereta dinamika di dekat pewaktu ketik;
4.
menghubungan
pewaktu ketik ke catu daya dan catu daya ke soket jala-jala listrik pada saat
catu daya masih dalam keadaan mati (OFF);
5.
meotong pita
ketik sepanjang 1 meter dan memasangnya pada pewaktu ketik, menjepit salah satu
ujung pita ke penjepit yang ada pada kereta dinamika, dan meyakinkan bahwa pita
ketik lewat di bawah kertas karbon.;
6.
menghidupkan catu daya dan
mendorong kereta dinamika sedemikian rupa sehingga bergerak di sepanjang rel
presisi;
7.
ketika kereta dinamika
mendekati atau hampir mendekati ujung rel presisi, menahan kereta dinamika
menggunakan tangan atau menggunakan tumpukan tangan atau menggunakan tumpakan
berpenjepit
8.
mengambil pita ketik dari
kereta dinamika, memeriksa titik ketikan yang diperoleh pada pita ketik dan
mencoba mengambil kesimpulan mengenai gerak yang dilakukan oleh kereta dinamika;
9.
memeriksa titik ketikan pada
permulaan gerak kereta dinamika, jika terdapat titik-titik yang bertindihan,
mengabaikan titik-titik tersebut dan memotong bagian tersebut;
10. menggunakan
5 ketik dan 10 ketik sebagai satuan waktu, memotong pita ketik secara berurutan
dimulai dari awal gerak kereta dinamika;
11. menempel
potongan pita ketik secara berurutan dari permulaan gerak sampai akhir gerak
kereta dinamika pada kertas manila untuk membuat kurva laju waktu.
E.
HASIL
PENGAMATAN
a. Tabel
1. Tabel
data hasil pengukuran kecepatan kereta dinamika untuk 5 ketikan
No.
|
Jarak 5 Ketikan
|
Waktu 5 ketikan
|
Kecepatan
|
1.
|
0,0135
|
0,1
|
0,135
|
2.
|
0,0140
|
0,1
|
0,140
|
3.
|
0,0145
|
0,1
|
0,145
|
4.
|
0,0145
|
0,1
|
0,145
|
5.
|
0,0145
|
0,1
|
0,145
|
6.
|
0,0150
|
0,1
|
0,150
|
7.
|
0,0150
|
0,1
|
0,150
|
8.
|
0,0155
|
0,1
|
0,155
|
9.
|
0,0160
|
0,1
|
0,160
|
10.
|
0,0160
|
0,1
|
0,160
|
Tabel 2.1 Tabel data hasil pengukuran kecepatan
kereta dinamika untuk 5 ketikan
Keterangan
: Waktu 5 ketik = 5 x 0,02 sekon
=
0,1 sekon
2. Tabel
data hasil pengukuran kecepatan kereta dinamika untuk 10 ketikan
Tabel 2.2 Tabel data hasil pengukuran kecepatan
kereta dinamika untuk 10 ketikan
G.
PEMBAHASAN
Gerak lurus beraturan adalah gerak benda yang
lintasannya lurus dan kecepatannya tetap. Menurut hukum Newton I tentang gerak
sebuah benda dapat bergerak lurus beraturan jika tidak ada gaya eksternal yang
bekerja pada benda tersebut. Hal ini juga berarti bahwa jika tidak ada resultan
gaya yang bekerja pada suatu benda, maka percepatannya nol. Inilah yang menjadi
ciri khas gerak lurus berarturan, yaitu kecepatan tetap dan percepatan yang
nilainya nol.
Praktikum kali ini membahas tentang gerak lurus
beraturan, dilaksanakan pada hari Jumat, 25 November 2011 di Laboratorium
Fisika FKIP Universitas Mataram. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk
menentukan kecepatan kereta dinamika pada gerak lurus beraturan dan menjelaskan
karakteristik gerak lurus berdasarkan besaran-besaran kinematisnya. Praktikum
dimulai dari pukul 14.15 sampai dengan pukul 16.30. sebagai persiapan
percobaan, kami merangkai alat dan bahan yang telah tersedia dengan bantuan
dari Co-Ass.
Dalam praktikum ini, kami mengamati gerak lurus
beraturan pada kereta dinamika. Untuk membuat kereta dinamika bergerak lurus
beraturan, kami menggunakan dua buah rel presisi sebagai lintasan kereta,
kemudian memiringkan rel presisi dengan memasang salah satu ujungnya pada balok
bertingkat. Tujuannya adalah untuk mengimbangi gaya gesekan yang timbul antara
kereta dinamika dan rel presisi. Kami melakukan tiga belas kali percobaan,
dimana dalam tiga belas kali percobaan, tujuh kali percobaan gagal dan enam
kali percobaan berhasil. Dari enam kali percobaan yang berhasil, kami mengambil
2 pita terbaik sebagai sampel, 1 pita untuk data 5 ketikan dan 1 pita lagi
untuk data 10 ketikan.
Kegagalan dalam praktikum kami disebabkan oleh
dua faktor, yaitu pewaktu ketik yang tidak berfungsi dengan baik dan kertas
karbon yang kami gunakan sudah habis. Adanya dua faktor kesalahan ini
menyebabkan tidak munculnya titik-titik ketikan pada pita ketik, kalaupun
muncul titik ketikan, titik tersebut tidak terlihat jelas pada pita ketik.
Akibatnya, tujuh kali percobaan awal kami selalu menghasilkan pita ketik dengan
titik ketikan yang tidak jelas, bahkan ada bagian pada pita ketik yang tidak
muncul titik ketikan.
Setelah berkonsultasi dengan co-ass,
faktor-faktor pemicu kesalahan itu dapat kami ataso. Kami kembali melanjutkan
percobaan. Kami melakukan enam kali percobaan dan keenam percobaan tersebut
berhasil karena muncul titik ketikan yang jelas pada pita ketik. Dari enam kali
percobaan tersebut, kami mengambil dua pita terbaik sebagai sampel.
Berdasarkan hasil ketikan pada dua pita yang
kami jadikan sampel, kami menyimpulkan bahwa gerak yang dilakukan oleh kereta
dinamika adalah gerak lurus beraturan, melihat jarak antar titik yang hampir
sama pada dua pita ketik tersebut. Dari dua pita tersebut, kami kemudian
mencari kecepatan kereta dengan membagi pita ketik menjadi potongan-potongan
yang berisi 5 ketikan dan 10 ketikan. Untuk pita dengan 5 ketik, kecepatan
ditentukan dengan membagi jarak 5 ketik (sebagai jarak tempuh) dengan waktu 5
ketikan yang diperoleh dengan mengalihkan jumlah ketikan dengan 0,02 sekon.
Dengan cara yang sama, untuk pita dengan 10 ketik ditentukan dengan membagi
jarak 10 ketik dengan waktu 10 ketikan.
Dari hasil perhitungan, untuk pita dengan lima
ketikan kecepatan benda tiap detik hampir sama. Hal ini dapat terlihat pada
grafik laju waktu untuk data lima ketikan. Pada awal gerak, grafik membentuk
garis lurus dengan kemiringan tertentu, setelah mencapai keseimbangan (gaya
gesek dapat diimbangi), grafik mulai menunjukkan garis lurus mendatar yang
artinya kereta dinamika bergerak lurus beraturan. Sementara untuk pita dengan
sepuluh ketik, kecepatan kereta selalu bertambah, namun dengan penambahan
kecepatan yang relatif kecil, sehingga kereta dinamika masih diapit dianggap
bergerak lurus beraturan. Adanya penambahan kecepatan ini disebabkan karena
semakin lama kereta bergerak, gaya untuk mengimbangi gaya gesekan sebasar Fx
= Wsin
telah mampu
melebihi gaya gaya gesek antara kereta dan rel presisi. Sehingga jika kita
menggunakan selang waktu ketik yang semakin besar (jumlah titik ketikan
banyak), maka penambahan kecepatan akan semakin besar, sebaliknya dengan
memperkecil waktu kecil, kecepatan yang diperoleh relatif konstan dan kecepatan
kereta dapat ditentukan dengan lebih cepat.

Kemudian, berdasarkan hasil analisis data,
untuk data lima ketikan kami memperoleh rentang nilai pengukuran kecepatan
antara 0,14080 m/s sampai dengan 0,15720 m/s dengan persentase kesalahan yang
cukup kecil, yaitu 5,50%. Begitu juga untuk data sepuluh ketikan, walaupun
terdapat indikasi penambahan kecepatan, kami memperoleh rentang nilai
pengukuran yang tidak begitu besar untuk dapat sepuluh ketikan, yaitu antara
0,15701 sampai dengan 0,19899 dengan persentase kesalahan 11,8%. Bisa
disimpulkan bahwa praktikum kami berhasi dengan persentase kesalahan 94,5%
untuk data lima ketikan dan 88,2% untuk sepuluh ketikan.
H.
KESIMPULAN
DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan, analisis data, dan
tujuan dilaksanakannya praktikum dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut:
a. jenis
gerak yang dilakukan oleh kereta dinamika adalah gerak lurus beraturan;
b. karakteristik
gerak lurus beraturan adalah jarak yang ditempuh tiap satu satuan waktu adalah
tetap;
c. dengan
memperkecil selang waktu ketik, kecepatan kereta dinamika dapat ditentukan
dengan lebih cepat;
d. untuk
data 5 ketikan, persentase kesalahan praktikum adalah 5,50% dan persentase
keberhasilan praktikum adalah 94,5%;
e. untuk
data 10 ketikan, persentase kesalahan praktikum adalah 11,8% dan persentase
keberhasilan praktikum adalah 88,2%.
2. Saran
Praktikum
ini dapat berjalan lebih maksimal serta hasilnya dapat mendekati konsep jika
alat-alat praktikum yang digunakan semuanya berfungsi dengan baik. Dalam
percobaan gerak lurus beraturan ada beberapa alat yang tidak berfungsi dengan
baik, sehingga antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lainny harus
saling menunggu untuk menggunakan alat. Selain itu, alat yang tidak berfungsi
dengan baik juga membuat praktikan harus mengulang percobaan berkali-kali untuk
mendapat hasil yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar